Minggu, 07 Oktober 2012

Metrologi Industri



                                                                               
                                                                  
 
BAB I
PENDAHULUAN

   A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhadapan dengan benda hidup dan benda mati. Suatu saat kita kadang-kadang harus mengkomunikasikan sesuatu obyek, baik obyek hidup (bergerak) maupun obyek mati (diam) kepada orang lain. Seandainya informasi tentang obyek yang kita komunikasikan itu kurang lengkap maka orang yang menerima informasi sangat dimungkinkan untuk bertanya lebih jauh lagi.Misalnya kita mengkomunikasikan besar dan beratnya sebuah batu, cepatnya lari seseorang, jauhnya perjalanan, panasnya suatu benda dan sebagainya. Orang yang menerima informasi tentu akan bertanya lebih jauh lagi tentang seberapa beratnya batu tersebut, berapa kecepatan lari orang tersebut, seberapa jauh perjalanan yang ditempuh, seberapa tinggi panas benda tersebut, dan sebagainya.
Pertanyaan ini sangat dimungkinkan timbul apabila obyek yang dikomunikasikan tidak dilengkapi dengan obyek pelengkap.Obyek pelengkap ini biasanya dinyatakan dalam bentuk ukuran dan satuan sehingga obyek yang diinformasikan mempunyai arti lebih luas. Misalnya, batu tersebut beratnya satu ton, kecepatan larinya sekitar 1 kilometer per jam, jalan yang sudah ditempuh sekitar 2 kilometer, panas badannya sekitar 40 derajat Celcius, dan sebagainya. Dengan demikian peranan obyek pelengkap sebagai penambah keterangan dari obyek yang diinformasikan memang sangat penting.
Ilmu pengukuran tersbut akan dibahas dalam mata kuliah metrologi industri. Metrologi industri adalah ilmu untuk melakukan pengukuran karakteristik geometris dari suatu produk atau komponen dengan mesin dengan alat dan cara yang tepat sedemikian rupa sehingga hasil pengukuran di anggap sebagai yang paling dekat dengan geometri sesungguhnya komponen mesin yang bersangkutan.
   B.     Tujuan
Mata kuliah metrologi indusrti ini bertujuan untuk meperdalam dan memantapkan pengetahuan kami tentang pengukuran, khususnya yang membahas tentang:
1.      Mistar ingsut
2.      Mikrometer
3.      Pengukuran sudut dengan busur bilah
4.      Pemeriksaan dengan blok sudut
5.      Pengukuran dengan batas sinus
6.      Kalibrasi ketegak lurusan
 
BAB II
PEMBAHASAN

   A.    Mistar Igsut (Jangka sorong)
Alat ukur ini banyak terdapat di bengkel-bengkel kerja, yang dalam praktek sehari-hari mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, mistar geser, schuifmaat atau vernier. Pada batang ukurnya terdapat skala utama yang cara pembacaannya sama seperti pada mistar ukur. Pada ujung yang lain dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak ini maka mistar ingsut bisa digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman dan ketinggian dari benda ukur.
Di samping skala utama, dilengkapi pula dengan skala tambahan yang sangat penting perannya di dalam pengukuran yaitu yang disebut dengan skala nonius. Adanya skala nonius inilah yang membedakan tingkat ketelitian mistar ingsut. Dalam pembacaan skalanya ada yang dalam sistem inchi dan ada pula yang dalam sistem metrik. Biasanya pada masing-masing sisi dari batang ukur dicantumkan dua macam skala yaitu yang satu sisi dalam bentuk inchi dan sisi lain dalam bentuk metrik.
Dengan demikian dari satu alat ukur bisa digunakan untuk mengukur dengan dua sistem satuan sekaligus yaitu inchi dan metrik. Ketelitian alat ukur mistar ingsut bisa mencapai 0.001 inchi atau 0.05 milimeter. 
                                                (Gambar Jangka Sorong)
   B.    Mikrometer
Alat ukur linier langsung yang juga termasuk alat ukur presisi adalah mikrometer.Mikrometer inipun mempunyai bentuk yang bermacammacam yang disesuaikan dengan bentuk yang bermacam-macam yang disesuaikan dengan bentuk dari benda ukur.Bagian yang sangat penting dari mikrometer adalah ulir utama.Dengan adanya ulir utama kita dapat menggerakkan poros ukur menjauhi dan mendekati permukaan bidang ukur dari benda ukur.
Ulir utama ini dibuat sedemikian rupa sehingga satu putaran ulir utama dapat menggerakkan sepanjang satu kisaran tergantung dari jarak kisar (pitch) ulir.Berarti di sini gerak rotasi diubah menjadi gerak traslasi.Jarak kisar ulir biasanya dibuat 0.05 mm. Pada ulir utama inilah biasanya terjadi kesalahan kisar. Bila diamati kesalahan kisar ini mulai dari awal gerak sampai batas akhir akan terjadi kesalahan kisar yang biasanya disebut dengan kesalahan kumulatif. Untuk mengurangi kesalahan kumulatif dari kisar ulir utama maka biasanya panjang ulir utama hanya dibuat sampai 25 mm yang berarti panjang poros ukur maksimum hanya 25 mm (panjang yang bisa dicapai oleh maju mundurnya poros ukur).Untuk pengukuran yang berjarak lebih besar dari pada 25 milimeter maka biasanya dibuat landasan tetap yang dapat diganti-ganti.
Secara umum, tipe dari mikrometer ada tiga macam yaitu mikrometer luar (outside micrometer), mikrometer dalam (inside micrometer) dan mikrometer kedalaman (depth micrometer). Meskipun mikrometer ini terbagi dalam tiga tipe yang masing-masing tipe mempunyai bermacam-macam bentuk, akan tetapi komponen-komponen penting dan prinsip baca skalanya pada umumnya sama. (Gambar Micrometer)
   C.    Busur Bilah (Universal Bevel Protractor)
Alat ukur sudut ini penggunaanya lebih luas dari pada busur baja.Bilah utama, badan/landasan, kunci noniusdan kunci bilah.Skala utama mempunyai tingkat kecermatan hanya 1derajat.Dengan bantuan skala nonius maka busur bilah ini mempunyaiketelitian sampai 5 menit.Kunci nonius digunakan untuk menyetel skalanonius dan kunci bilah digunakan untuk mengunci bilah utama denganpiringan skala utama.
Dengan adanya bilah utama dan landasan maka busur bilah inidapat digunakan untuk mengukur sudut benda ukur dengan berbagaimacam posisi.Untuk hal-hal tertentu biasanya dilengkapi pula denganbilah pembantu. Bilah utama dan bilah pembantu bisa digeser-geserkanposisinya sehingga proses pengukuran sudut dapat dilakukan sesuaidengan prinsip-prinsip pengukuran yang betul.

Gambar Busur bilah (universal bevel protractor)
 

   D.     Batang Sinus (Sine Bar)
Batang sinus ini merupakan pelat baja yang sudah diproses dengan perlakuan panas tertentu, pada bagian dari kedua ujungnya dilengkapi dengan semacam silinder atau rol yang diameternya sama. Jarak antara senter dari kedua rol tersebut bermacam-macam, ada yang 100 mm, ada yang 25 mm, dan ada pula yang berjarak 300 mm. Jarak inilah yang digunakan sebagai dasar perhitungan dalam menggunakan batang sinus. Dalam penggunaannya, biasanya harus dilengkapi/dibantu dengan jam ukur dan blok ukur. Jam ukur digunakan untuk mengecek kedataran permukaan benda ukur, sedangkan blok ukur digunakan untuk sebagai landasan guna membuat permukaan benda ukur menjadi data sejajar dengan meja tempat pengukuran (surface table).
Pengukuran dengan batang sinus akan banyak dijumpai kesalahan pengukuran bila proses pengukuran tidak dilakukan menurut prinsipprinsip pengukuran yang benar. Dalam penyusunan blok ukur, bila kurang memahami sifat dan cara menyusun blok ukur berarti sudah satu kesalahan. Kemudian kurang cermat dalam menggunakan batang sinus dalam pengukuran sudut harus diperhatikan betul bagaimana menyusun blok ukur dan bagaimana cara menggunakan jam ukur dengan cara yang betul pula. Biasanya kesalahan sinus dapat terjadi pada waktu pengukuran dengan alat-alat sinus seperti halnya dengan penggunaan batang sinus.
Perlu juga diingat bahwa untuk memastikan bahwa posisi muka ukur benda ukur betul-betul sejajar dengan meja ukur maka perlu diperhatikan posisi dari jarum penunjuk jam ukur. Bila jarum penunjuk itu masih bergerak ke kiri atau ke kanan pada waktu jam ukur digeser ke kiri dan ke kanan berarti posisi muka ukur belum sejajar dengan permukaan meja rata. Bila kesejajaran ini belum diperoleh maka perhitungan sudut belum bisa dilakukan.









BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

  A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan praktikum dilabor yakni dapat memahami dan menerapkan langsung tentang pengukuran pada benda dengan berbagai alat ukur, serta dapat memahami membuat laporan praktikum dan mampu menerapkan semua hasil materi kuliah untuk pembelajaran dilapangan.

       B. Saran
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dari semua pihak untuk perbaikan laporan ini  dimasa yang akan datang.







2 komentar:

  1. Good...!! terimakasih infonya :) tampilan blog yang cantik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. thank ats pujiannya...cma mau bgi ilmu yg t'lah d dpat ajh hehehe

      Hapus